Menulis Bagaikan Pisau Bermata Dua

Menulis Bagaikan Pisau Bermata Dua
 
Menulis Bagaikan Pisau Bermata Dua ; Siapa yang meragukan kekuatan kata-kata? Yang meragukannya berarti ia tidak memahami betapa kuatnya kata-kata. Kata-kata bisa saja membuat orang telena, dengan kata-kata yang membentuk kalimat ia akan menjadi kekuatan untuk meruntuhkan, membangun dan meninabobokan siapa saja yang menjadi tujuannya.
 
Menulis Bagaikan Pisau Bermata Dua
 
 
Baca juga : Menulis – Membaca, Antara Kata dan MaknaKata-kata bak pisau bermata dua, ia bisa menghujam siapa saja yang menjadi targetnya tetapi ia bisa saja menjadi senjata untuk melindungi si empunya kata-kata. Pada fase perjuangan kemerdekaan Indonesia, kita akan melihat bagaimana para pejuang tersebut sukses mengantar kemerdekaan Indonesia melalui kata-kata, disamping perjuangan fisik tentunya.

 
Dengan kata-kata kita menjadi mulia, dengan kata-kata kita bisa terpuruk olehnya. Menulis, adalah salah satu sarana untuk menyalurkankan kata-kata tersebut. Karena dengan menulis kita bisa mencurahkan segala isi di dalam hati dan pikiran kita. Dengan tulisan kita bisa membangun dunia, dengan tulisan kita bisa menghancurkan dunia.
 
Kumpulan kata-kata di dalam tulisan akan semakin menjadi pisau bermata dua. Ia digunakan untuk agitasi dan propaganda, ia menjadi kampanye untuk menyebarkan fakta dan berita. Bisa juga ia digunakan untuk menyebarkan black campaign dan meruntuhkan reputasi seseorang.
Lalu bagaimana agar pisau ini semakin tajam? Tentu untuk mengasahnya agar ia semakin tajam adalah dengan melakukan latihan terus menurus.. kata-kata yang menjadi tulisan akan hampa ketika tidak pernah dilatih . Melatih untuk menulis adalah salah satu pekerjaan untuk mengasah tulisan tersebut agar semakin tajam. Ketika menulis tak dibiasakan, ketika menulis tak pernah dilatih maka ia akan tumpul dan semakin pudar ke tajamannya.
 
Ketika menulis tak pernah dilatih maka ia tak akan menjadi kekuatan yang signifikan untuk menyampaikan pesan yang ingin disampaikan. Logika berpikir kita juga akan terasah ketika kita membiasakan untuk menulis, artinya, menulis juga merupakan sarana untuk melatih berpikir secara logis, runut dan teratur. Dengan menulis maka kita melatih diri kita untuk pandai berbicara. Berbicara akan runut dan sesuai dengan gramatika dalam menulis ketika kita membiasakan diri untuk menulis.
Begitu besar manfaat menulis, lalu mengapa kita tidak menulis? Tokoh-tokoh nasional kita baik pada masa pra dan pasca kemerdekaan adalah orang-orang yang fasih dalam menulis dan berbicara. Dua hal ini menjadi senjata diplomasi mereka ketika berhadapan dengan penjajah. Dua hal ini menjadi kekuatan ampuh ketika kekuatan senjata tidak mampu meruntuhkan hegemoni kekuatan penjajah yang lebih tinggi dalam hal teknologi. Persenjataan para penjajah terdahulu lebih mutakhir dibandingkan dengan persenjataan tradisional yang kita miliki. Tetapi dengan kekuatan kata-kata (baik tulisan maupun lisan) maka persenjataan kita menjadi ampuh di kancah internasional.
 

Recommended For You

About the Author: Guntur Subing

Memiliki hobi tulis menulis dan mengelola blog. Moto; "Bersemangat dalam Pengembangan Diri dan Terus Belajar Sampai Akhir Hayat"