Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu ukuran kuantitatif yang menggambarkan perkembangan suatu perekonomian dalam suatu tahun tertentu apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Beberapa hasil pemikiran para ekonom dunia terdahulu tentang teori pertumbuhan ekonomi, diketahui tingkat dan laju pertumbuhan suatu perekonomian ditentukan oleh 4 hal: luas tanah(termasuk kekayaan alam yang dikandung di dalamnya), jumlah dan perkembangan penduduk, jumlah stok modal dan perkembangannya dari tahun ke tahun, tingkat teknologi guna perbaikan dari tahun ke tahun (Sukirno, 2007). Hal itu diuraikan seperti berikut:
Teori Adam Smith
Perkembangan penduduk akan mendorong pembangunan ekonomi, karena memperluas pasar yang akan meningkatkan tingkat spesialisasi dalam perkonomian. Sebagai akibat spesialisasi maka tingkat kegiatan ekonomi akan bertambah tinggi, karena spesialisasi akan meningkatkan produktiftas tenaga kerja dan mendorong perkembangan teknologi dan inovasi. Jika sudah terjadi pertumbuhan ekonomi maka proses tersebut akan berlangsung terus menerus dari masa ke masa dimana pendapatan per kapita akan terus bertambah tinggi.
Teori Ricardo dan Mill
Perkembangan penduduk yang berjalan cepat akan memperbesar jumlah penduduk menjadi dua kali lipat dalam waktu satu generasi, maka akan menurunkan kembali tingkat pembangunan ke taraf yang lebih rendah. Pada tingkat ini pekerja akan menerima upah yang sangat minimal. Kemajuan teknologi tidak dapat menghalangi terjadinya stationary state (suatu keadaan dimana perkembangan ekonomi tidak terjadi sama sekali).
Teori Schumpeter
Pertumbuhan ekonomi negara dari masa ke masa perkembangannya sangat tidak stabil dan keadaannya sangat ditentukan oleh besarnya kemungkinan untuk pembentukan modal yang menguntungkan yang akan dilakukan pengusaha. Keadaan kemakmuran dan depresi datang silih berganti.
Baca Juga: Teori Kutub Pertumbuhan
Pembangunan ekonomi diciptakan oleh inisiatif dari golongan pengusaha yang inovatif atau golongan entrepreneur yaitu golongan masyarakat yang mengorganisikan dan menggabungkan faktor‐faktor produksi lainnya untuk menciptakan barang‐barang yang diperlukan masyarakat. Penemuan yang mereka ciptakan (invention) belum merupakan pembaharuan dalam masyarakat dan belum merupakan pembangunan ekonomi selama belum ada usaha untuk menggunakan penemuan tersebut untuk memproduksi barang‐barang yang diperlukan masyarakat.
Teori Harrod‐Domar
Sebagai upaya menutup kelemahan atau perluasan dari analysis Keynes mengenai kegiatan ekonomi nasional dan masalah penggunaan tenaga kerja. Analysis Keynes dianggap kurang lengkap karena tidak menyinggung persoalan mengatasi masalah‐masalah ekonomi dalam jangka panjang.
Baca Juga: Teori Pembangunan Tidak Seimbang
Dalam teori Harrod‐Domar, pembentukam modal dipandang sebagai pengeluaran yang akan menambah kesanggupan perekonomian untuk menghasilkan barang maupun sebagai pengeluaran yang akan menambah permintaan seluruh masyarakat. Pertambahan dalam kesanggupan memproduksi ini tidak sendirinya akan menciptakan pertambahan produksi dan kenaikan pendapatan nasional. Pertambahan produksi dan pendapatan nasional bukan ditentukan oleh pertambahan dalam kapasitas memproduksi tetapi oleh kenaikan pengeluaran masyarakat.
Teori ini mengupayakan persyaratan apa saja yang diperlukan untuk mencapai steady growth (pertumbuhan yang mantap), dimana pertambahan efektif kapasitas memperduksi barang‐barang modal yang baru suatu negara adalah ratio produksi modal (produktifitas modal) dikalikan dengan besarnya pembentukan modal yang dilakukan. Pertambahan dalam pendapatan nasional hanya tercipta dari penambahan penanaman modal.
Artinya apabila penanaman modal lebih rendah dari yang seharusnya maka perekonominan tersebut akan mengalami depresi, dan sebaliknya apabila penananman modal lebih besar dari pada penanaman yang diperlukan untuk menjamin tercapainya kapasitas penuh dalam pengunanan barang‐barang modal yang tersedia, maka perekonomian suatu negara akan mengalami inflasi.
Teori Neo Klasik
Laju tingkat pertumbuhan yang dapat dicapai suatu negara tergantung pada tingkat perkembangan teknologi, penanaman modal dalam menciptakan pendapatan Negara (produksi marjinal modal) dikalikan dengan tingkat perkembangan stok modal, dan peranan tenaga kerja dalam menciptakan pendapat negara (produktifitas marjinal tenaga kerja) dikalikan dengan tingkat pertambahan tenaga kerja.
Baca Juga: Teori Pembangunan Seimbang
Teori Neo‐Klasik menganut faham bahwa perkembangan wilayah selalu berada dalam keseimbangan yang dinamis (equilibirium). Teori ini menjelaskan saling keterhubungan antara komponen‐komponen pertumbuhan ekonomi, seperti modal, tabungan, buruh, teknologi dan pertumbuhan penduduk. Menurut teori ini, mekanisme pasar bekerja untuk mengoreksi ketidakseimbangan (disequilibrium) dalam perkembangan ekonomi.
Dengan perkataan lain, dari pandangan Neo‐Klasik, development adalah proses yang bersifat kumulatif dan diatur oleh mekanisme penyeimbangan (equilibrating mechanism). Proses perkembangan ekonomi bersifat unlinear, dalam arti kata padanan tahap‐tahap perkembangan yang bersifat defenitif, dimana seluruh bangsa‐bangsa akan mengalaminya.
Arthur lewis memandang bahwa aliran kapital cenderung bergerak dari wilayah yang tingkat upah buruhnya rendah, sedangkan tenaga buruh mengalir dengan arah sebaliknya, sampai terjadi keseimbangan baru lagi. Diasumsikan equilibrium terjadi dalam keadaan pasar yang sempurna. Tokoh‐tokoh pencetus teori Neo‐Klasik : Robert M. Solow, T. W. Swan (Sukirno S, 2007).