Kehidupan dunia tidak terlepas dari benar atau salah. Salah satu pihak menyatakan bahwa mereka adalah pihak yang benar dan pihak yang lain adalah salah. Begitu juga dengan kebenaran Al Qur’an sebegai kebenaran mutlak yang bersumber dari Yang Maha Benar. Penyangkalan terhadap kebenaran Al Qur’an memang sudah biasa terjadi, apalagi pada dasawarsa ini, memperolok Al-Quran tidak henti-hentinya dilakukan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab.
Pada salah satu akun Youtube, dijelaskan bahwa salah satu langkah-langkah mendeskreditkan Al-Quran adalah kisah perjalanan Dzulkarnain dimana beliau melihat suatu fenomena alam tebenamnya matahari. Kisah inilah yang dijadikan sebagai pendeskreditan dan polemik untuk menjatuhkan kredibilatas Al Qur’an secara sains.
Baca Juga: Dajjal Pernah Tawaf di Kakbah, Benarkah?
Ayat Suci Al-Qur’an yang dimaksud adalah QS Al Kahfi ayat 83 yang berbunyi “Mereka akan bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Dzulkarnain. Katakanlah: Aku akan bacakan kepadamu cerita tentangnya”
QS Al Kahfi ayat 84-85: “Sesungguhnya Kami telah memberi kekuasaan kepadanya di (muka) bumi. Dan Kami telah memberikan kepadanya jalan (untuk mencapai) segala sesuatu. Maka diapun menempuh suatu jalan”
QS Al Kahfi ayat 86: “Hingga apabila dia telah sampai ketempat terbenam matahari. Dia melihat matahari terbenam di dalam laut yang berlumpur hitam, dan dia mendapati di situ segolongan umat. Kami berkata: “Hai Dzulkarnain, kamu boleh menyiksa atau boleh berbuat kebaikan terhadap mereka”
Yang menjadi pokok persoalan adalah bagaimana mungkin matahari terbenam di dalam laut yang berlumpur hitam padahal matahari sendiri lebih besar bila dibandingkan dengan bumi?
Dijelaskan oleh Channel YtCrash Islam, pada ayat yang mengatakan “… dia melihat matahari terbenam di dalam laut yang berlumpur hitam…” dari potongan ayat ini saja sebenarnya sudah bisa dijelaskan bahwa ayat ini menerangkan tentang pandangan Dzulkarnain, atau menurut penglihatan dari Dzulkarnain dengan kata-kata “.. dia melihat..” Dalam konteks ini Allah tidak mengatakan bahwa Allah telah menenggelamkan matahari di laut yang berlumpur hitam.
Penjelasan Imam Ibnu Katsir, Tafsir ul Qur’an Al ‘Azim Vol.5 hal 120. Diterbitkan oleh Maktabat ul Iman, Mansoura, Mesir, bahwa: “Hingga apabila dia (Dzulkarnaen) telah sampai ke tempat terbit matahari” berarti ia mengikuti arah yang benar hingga ia mencapai daerah terjauh, ia mungkin memulai perjalanan dari barat. Karena mencapai terbitnya matahari di langit adalah mustahil. Apa yang dikatakan para periwayat dan pencerita mengenai ia berjalan dalam suatu masa dimuka bumi disaat matahari terbenam dibelakangnya adalah dusta, dan sebagian cerita-cerita ini adalah mitos para Ahli Kitab dan temuan-temuan kebohongan mereka. “ia melihat matahari terbenam di dalam laut yang berlumpur hitam berarti ia melihat matahari menurut pandangannya terbenam kedalam laut dan hal ini pun terjadi pada semua orang yang berada di pantai yang melihat seolah-olah matahari terbenam kedalamnya (kedalam laut).”
Penjelasan Imam Al-Baidawi, dalam Anwar-ut-Tanzil wa Asrar-ut-Taw’il. Volume 3. Halaman 394. Diterbitkan oleh Dar-ul-Ashraf, Kairo, Mesir: “Ia (Dzulkarnaen) mungkin saja sampai di tepi pantai dan melihat matahari disitu karena sejauh mata memandang hanyalah air laut, oleh karenanya Allah SWT mengatakan “dia melihat matahari terbenam di dalam laut” namun tidak mengatakan bahwa “matahari terbenam”
Imam Al-Qurtubi menyatakan; Al Qaffal mengatakan: Maksudnya bukanlah dengan mencapai tempat dan terbit matahari sehingga ia dapat mencapai matahari dan menyentuhnya, karena matahari jauh diangkasa sana, disekitar bumi tanpa menyentuhnya dan terlalu besar untuk terbenam kedalam laut manapun yang berada dibumi. Ia jauh lebih besar dari bumi. Namun hal tersebut dimaksudkan bahwa ia telah mencapai ujung daerah yang masih berpenduduk di timur dan barat, kemudian Dzulkarnaen melihat kejadian itu – menurut pengelihatannya – terbenam kedalam laut yang berlumpur hitam seperti halnya kita mengamati matahari ditanah rata seolah-olah matahari itu masuk kedalam tanah. Oleh karenanya Allah berfirman, “Hingga apabila dia (Dzulkarnaen) telah sampai ke tempat terbit matahari (sebelah Timur) dia mendapati matahari itu menyinari segolongan umat yang Kami tidak menjadikan bagi mereka sesuatu yang melindunginya dari (cahaya) matahari”. (Al-Qurtubi, Al-Game’ le Ahkam-el-Qur’an, Volume 16, halaman 47. Published by Dar-ul-Hadith, Kairo, Egypt. ISBN 977-5227-44-5).
Semoga bisa dipahami tentang ayat yang menjelaskan tentang perjalanan Zulkarnaen bahwa “Hingga apabila dia telah sampai ketempat terbenam matahari, dia melihat matahari terbenam di dalam laut yang berlumpur hitam”