Tinjauan PDRB Dari Sisi Permintaan

Tinjauan PDRB Dari Sisi Permintaan

Tinjauan PDRB Dari Sisi Permintaan. Pertumbuhan ekonomi secara singkat merupakan proses kenaikan output perkapita dalam jangka panjang, pengertian ini menekankan pada tiga hal yaitu proses, output perkapita dan jangka panjang. Proses menggambarkan perkembangan perekonomian dari waktu kewaktu yang lebih bersifat dinamis, output perkapita mengaitkan aspek output total (GDP) dan aspek jumlah penduduk, sedangkan jangka panjang menunjukkan kecenderungan perubahan perekonomian dalam jangka tertentu yang didorong oleh proses intern perekonomian (self generating).

Pertumbuhan ekonomi juga diartikan secara sederhana sebagai kenaikan output total (PDB) dalam jangka panjang tanpa memandang apakah kenaikan itu lebih kecil atau lebih besar dari laju pertumbuhan penduduk atau apakah diikuti oleh pertumbuhan struktur perekonomian atau tidak.

Baca Juga: Produk Domestik Bruto (PDB) Menurut Penggunaan atau Pengeluaran

Teori pertumbuhan ekonomi menjelaskan faktor-faktor yang menentukan ekonomi tetapi tidak satupun teori yang komprehensif yang dapat menjadi standar yang baku, karena masing-masing teori memiliki kekhasan sendiri-sendiri sesuai dengan latar belakang teori tersebut (Wijono, 2006:3-4).

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Sasaran pokok pembangunan khususnya dalam bidang ekonomi adalah penciptaan suatu pertumbuhan ekonomi. Perekonomian mengalami pertumbuhan bila perekonomian tersebut terus menerus tumbuh tanpa ada satu tahun pun mengalami penurunan. Kinerja suatu daerah dapat dilihat pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).

PDRB dan pendapatan regional merupakan indikator yang digunakan untuk mengetahui kondisi perekonomian suatu wilayah. PDRB merupakan jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu wilayah dalam periode waktu tertentu.

Perhitungan PDRB dilihat dari Sisi Permintaan dan Sisi Penawaran. Sisi Permintaan membedakan pengeluaran menjadi empat komponen, yaitu konsumsi rumah swasta, pengeluaran pemerintah, pembentukan modal sektor swasta (investasi), dan ekspor neto. PDRB dari Sisi Penawaran PDRB merupakan jumlah nilai produk barang-barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh unit-unit produksi di suatu daerah dalam jangka waktu tertentu.

PDRB Sisi Permintaan

A. Konsumsi Swasta

Pengeluaran konsumsi swasta adalah total nilai pasar dari barang-barang dan jasa-jasa yang dibeli oleh rumah tangga dan lembaga-lembaga nirlaba. Pengeluaran konsumsi rumah tangga terdiri atas tiga komponen utama, yaitu (a) pengeluaran untuk membeli barang-barang tahan lama seperti mobil, mesin cuci, tv, dan yang lainnya; (b) pengeluaran untuk barang-barang yang tidak tahan lama, seperti makanan, pakaian, sabun, dan jasa lainnya (Herlambang dkk., 2001).

Konsumsi seseorang berbanding lurus dengan pendapatan. Secara makroagregat, pengeluaran konsumsi masyarakat berbanding lurus dengan pendapatan nasional. Semakin besar pendapatan semakin besar pula pengeluarannya untuk konsumsi.

Baca Juga: Tenaga Kerja; Sebuah Ulasan Singkat

Perilaku konsumsi masyarakat tidak bisa dilepaskan dari perilaku tabungannya. Bilamana pendapatan bertambah, baik konsumsi maupun tabungan, akan sama-sama bertambah. Pola konsumsi masyarakat yang kurang mapan biasanya didominasi oleh konsumsi kebutuhan-kebutuhan pokok atau primer. Sebaliknya, yang sudah mapan cenderung lebih banyak teralokasikan ke kebutuhan sekunder atau tersier (Dumairy,1997).

Mangkoesoebroto (1993) mengatakan bahwa selain peranan alokasi dan distribusi pemerintah mempunyai peranan utama sebagai alat stabilisasi perekonomian. Tanpa adanya campur tangan pemerintah, penurunan permintaan akan menyebabkan pengusaha mengurangi pegawainya.

B. Konsumsi Pemerintah

Kunarjo (1993) mengatakan bahwa pengeluaran pemerintah berperan untuk mempertemukan permintaan masyarakat dengan penyediaan sarana dan prasarana yang tidak dapat dipenuhi oleh swasta. Dikatakan pula bahwa pengeluaran pemerintah yang dinyatakan dalam belanja pembangunan bertujuan untuk meningkatkan kapasitas produksi dalam proyek-proyek yang mengacu pada pertumbuhan ekonomi, pemerataan pendapatan, peningkatan kesejahteraan, dan program yang menyentuh langsung kawasan yang terbelakang.

Pemerintah daerah dituntut dapat berperan aktif dalam mengelola dan mengembangkan sektor publik dalam upaya meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah. Pendekatan pada upaya peningkatan pertumbuhan tidak semata-mata menentukan pertumbuhan sebagai satu-satunya tujuan pembangunan daerah, namun pertumbuhan merupakan salah satu ciri pokok terjadinya proses pembangunan.

Terdapat berbagai instrumen yang digunakan pemerintah untuk mempengaruhi perekonomian. Salah satu diantaranya adalah pembelanjaan atau pengeluaran pemerintah. Apabila pemerintah telah menetapkan kebijakan untuk membeli barang dan jasa, pengeluaran pemerintah mencerminkan biaya yang harus dikeluarkan oleh pemerintah untuk melaksanakan kebijakan tersebut.

Menurut Budiono (1981), pengeluaran pemerintah dapat dibedakan menjadi dua, yaitu sebagai berikut. Pertama, pembelian faktor-faktor produksi (input) dan pembelian produk (output). Kedua, untuk pengeluaran konsumsi pemerintah (belanja rutin) serta untuk investasi pemerintah (belanja pembangunan/barang-barang modal). Pengeluaran pemerintah yang diukur dari pengeluaran rutin dan pembangunan mempunyai peranan dan fungsi cukup besar mendukung sasaran pembangunan dalam menunjang kegiatan pemerintah serta peningkatan jangkauan dan misi pelayanan yang secara langsung berkaitan dengan pembentukan modal untuk tujuan peningkatan produksi.

Layaknya pengeluaran masyarakat, maka pengeluaran pemerintah akan memperbesar permintaan agregat melalui multiplier effect dan selanjutnya akan meningkatkan produksi atau penawaran agregat, sehingga PDRB akan meningkat. Meningkatnya PDRB merupakan indikasi timbulnya suatu perekonomian yang akan menambah penerimaan.

Baca Juga: Peran Investasi Terhadap Pembangunan Daerah

Menurut Susanti (2000), pengeluaran pemerintah akan meningkat seiring dengan peningkatan kegiatan perekonomian suatu negara. Kaidah ini dikenal dengan hukum Wagner, yaitu adanya korelasi positif antara pengeluaran pemerintah dengan tingkat pendapatan nasional. Walaupun demikian, peningkatan pengeluaran pemerintah belum tentu berakibat baik terhadap aktivitas perekonomian. Oleh karena itu, perlu juga dilihat efisiensi penggunaan  pengeluaran pemerintah tersebut.

C. Investasi

Investasi merupakan penambahan pembentukan modal yang mengakibatkan terjadinya pertambahan kekayaan. Investasi juga merupakan permintaan terhadap barang dan jasa sehingga meningkatkan pendapatan pada masa datang. Ada dua tujuan utama dalam investasi, yaitu untuk mengganti bagian dari penyediaan modal yang rusak dan sebagai tambahan penyediaan modal yang ada.

Menurut Samuelson dan Nortdhaus (1996), investasi merupakan suatu hal yang penting dalam pembangunan ekonomi karena dibutuhkan sebagai faktor penunjang di dalam peningkatan proses produksi.

Investasi merupakan langkah mengorbankan konsumsi saat ini untuk memperbesar konsumsi pada masa datang. Selain itu, investasi mendorong terjadinya akumulasi modal. Penambahan stok bangunan gedung dan peralatan penting lainnya akan meningkatkan output potensial suatu bangsa dan merangsang pertumbuhan ekonomi untuk jangka panjang.

Sukirno (2000) memberikan definisi investasi sebagai pengeluaran-pengeluaran untuk membeli peralatan-peralatan produksi dengan tujuan mengganti dan terutama menambah barang-barang modal dalam perekonomian yang akan digunakan memproduksi barang dan jasa pada masa depan. Dengan kata lain investasi berarti pengeluaran untuk meningkatkan kapasitas produksi perekonomian suatu negara.

Menurut Arsyad (1999), investasi memiliki peran aktif untuk meningkatkan tingkat output dan laju pertumbuhan output tergantung pada laju pertumbuhan investasi.

Demikian halnya Harrod-Domar (Jinghan, 2000) menyatakan bahwa kegiatan investasi akan menimbulkan dua efek, yaitu efek langsung terhadap pengeluaran agregat dan efek terhadap kapasitas produksi.

Efek langsung dari pengeluaran investasi terjadi pada sisi permintaan agregat bila pengeluaran investasi meningkat, yang kemudian akan meningkatkan pendapatan nasional/daerah melalui proses multiplier effect terhadap kapasitas produksi, yaitu efek dari pengeluaran investasi terjadi pada sisi penawaran agregat yang lebih besifat jangka panjang di mana kenaikan pengeluaran investasi akan menaikkan jumlah kapital. Dengan jumlah kapital yang meningkat, kapasitas produksi perekonomian akan meningkat yang kemudian akan meningkatkan penawaran agregat.

Investasi yang lazimnya disebut penanaman  modal atau pembentukan modal merupakan komponen yang menentukan pengeluaran agregat. Definisi investasi itu sendiri adalah sebagai pengeluaran atau perbelanjaan penanaman modal atau perusahaan untuk membeli barang-barang  modal dan perlengkapan-perlengkapan produksi untuk menambah kemampuan berproduksi barang-barang dan jasa yang tersedia perekonomian.

Dalam prakteknya, usaha untuk mencatat nilai penanaman modal yang dilakukan dalam satu tahun tertentu, yang digolongkan sebagai investasi meliputi pengeluaran/ perbelanjaan sebagai berikut :

  1. Pembelian berbagai jenis barang modal, yaitu mesin-mesin dan peralatan produksi lainnya untuk mendirikan berbagai industri dan perusahaan.
  2. Perbelanjaan untuk membangun rumah tempat inggal, bangunan kantor, bangunan pabrik dan bangunan lainnya.
  3. Pertambahan nilai stok barang-barang yang belum terjual, bahan mentah dan barang yang masih dalam proses produksi pada akhir tahun penghitungan pendapatan nasional.

Jumlah dari ketiga jenis komponen investasi tersebut dinamakan investasi bruto dan bila nilai tersebut dikurangi dengan nilai depresiasi maka disebut investasi neto (Sadono Sukirno,1994:107).

Investasi secara garis besar menrut sumbernya dapat berasal dari pemerintah dan non pemerintah. Investasi pemerintah berasal dari belanja pembangunan melalui APBD, sedangkan investasi non pemerintah bersumber dari laba perusahaan swasta yang ditanam kembali, PMDN dan PMA, Kredit Investasi, serta dana dana yang berasal dari masyarakat itu sendiri (Rustian Kamaludin,1991:25).

D. Ekspor

Ekspor dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi dalam beberapa cara. Pertama, pengaruh langsung ekspor yaitu melalui tumpahan dinamis dengan perbaikan teknologi. Kedua, ekspor dapat membantu mengatasi kendala nilai tukar mata uang. Hal ini kemudian menjadi pendorong bagi sebuah negara untuk melakukan impor, termasuk impor barang modal. Ketiga, berdasarkan penelitian Levine dan Renelt (1992) dalam Alam (2003) diperoleh bukti bahwa perbandingan antara ekspor dengan PDB memiliki hubungan yang sangat kuat dengan perbandingan antara investasi dengan PDB. Terdapat hubungan tidak langsung antara ekspor dan pertumbuhan ekonomi (PDB) melalui investasi.

Menurut Thornton (1997), ekspor berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi salah satunya melalui peningkatan efisiensi karena terciptanya pasar yang semakin kompetitif. Dalam penelitian lain yang dilakukan oleh Baharumshah dan Rashid (1999), menambahkan bahwa ekspor memberikan pengaruh positif terhadap produktifitas karena adanya alokasi sumber daya yang lebih baik pada sektor-sektor yang spesifik mempunyai keunggulan komparatif.

Recommended For You

About the Author: Guntur Subing

Memiliki hobi tulis menulis dan mengelola blog. Moto; "Bersemangat dalam Pengembangan Diri dan Terus Belajar Sampai Akhir Hayat"